Kebanyakan orang hanya tahu Oskar Schindler, pengusaha Jerman yang menyelamatkan lebih dari 1.200 nyawa selama Holocaust. Ia mempekerjakan mereka di pabrik-pabrik miliknya demi agar Nazi tak membawanya ke kamp konsentrasi. Namun hanya sedikit yang tahu tentang Chiune Sugihara,
diplomat Jepang yang tidak mematuhi perintah atasannya demi menyelamatkan ribuan nyawa Yahudi. Ia mengeluarkan visa yang memungkinkan 6.000 orang Yahudi melarikan diri dari wilayah yang diduduki Nazi melalui Jepang.
Dalam International Holocaust Remembrance Day, Minggu, sebuah komunitas Yahudi mengenang Sugihara, mengingatkannya sebagai orang yang sebelumnya terlupakan. "Tanpa dia, kita tidak akan ada hari ini. Jasanya menghasilkan dokter, bankir, pengacara, penulis, politisi, bahkan tokoh Yahudi Ortodoks Rhodes Scholar," kata Richard Salomon, anggota dewan dari Illinois Holocaust Museum and Education Center. Museum menyimpan peninggalan Sugihara sebagai bagian dari koleksi permanen, dan akan menghormatinya bersama dengan orang lain yang menyelamatkan orang Yahudi selama Holocaust.
Ayah Salomon, Bernard, menerima visa yang dikeluarkan oleh Sugihara, yang pada tahun 1940 menjadi Konsul Jenderal Jepang di Lithuania, suatu daerah di mana pengungsi Yahudi Polandia telah pindah selama Perang Dunia II. Saat Nazi mengancam akan menyerang Lithuania, ribuan orang Yahudi mengepung konsulat Jepang dan meminta visa untuk melarikan diri. Tidak mematuhi perintah atasannya di Jepang, Sugihara mengeluarkan ribuan visa. Dari 31 Juli - 28 Agustus 1940, Sugihara dan istrinya bekerja sepanjang malam, menuliskan visa.
Pemerintah Jepang akhirnya menutup konsulat, yang terletak di Kovno. Tetapi hingga kereta Sugihara beranjak meninggalkan kota, ia terus menulis visa. Ketika kereta mulai bergerak, ia memberikan visa terakhir untuk seorang pengungsi.
Para pengungsi mengikuti rute yang membawa mereka dengan kereta api ke Moskow. Mereka melintasi jalur kereta trans-Siberia ke Vladivostok dan ke Kobe, Jepang. Sebagian besar tinggal di Kobe selama beberapa bulan, kemudian pergi ke Shanghai, Cina, dan ke tempat lain. Ayah Salomon pergi dari Shanghai ke India dan akhirnya menetap di Amerika Serikat, di mana ia bertemu dengan istrinya, Maria, di Chicago.
Sementara itu, Sugihara dipindahkan ke Praha, di mana ia bekerja pada tahun 1941 hingga1942, dan kemudian ke Bucharest, dari 1942 hingga 1944. Ketika Soviet menginvasi Rumania, ia dan keluarganya dibawa ke sebuah kamp selama 18 bulan. Mereka kembali ke Jepang pada tahun 1946, dan setahun kemudian, ia ditekan untuk mengundurkan diri.
Bertahun-tahun kemudian, istrinya, Yukiko Sugihara, yang meninggal pada tahun 2008, berspekulasi bahwa pengunduran diri paksa suaminya karena visa yang tidak sah yang dikeluarkannya.
Chiune Sugihara, yang bekerja serabutan setelah kembali ke Jepang, kemudian dipekerjakan oleh sebuah perusahaan perdagangan di Rusia, bekerja dalam ketidakjelasan dan tidak pernah berbicara tentang visa. Dia tidak pernah tahu jika sesuatu hari ia akan bertemu lagi dengan orang-orang yang diberinya visa.
Pada tahun 1968, seorang Yahudi yang selamat yang menjadi seorang diplomat Israel, Yosua Nishri, menghubunginya. Pada tahun 1985, setahun sebelum kematiannya di Tokyo, Israel menyebut Sugihara sebagai "pahlawan" yang menyelamatkan orang Yahudi selama Holocaust.
"Ada begitu banyak orang yang hidup hari ini karena upayanya yang tanpa pamrih. Itu bukan masalah duduk dan berkata, 'mari, saya akan menuliskannya untuk Anda'," kata Anne Akabori, seorang penulis yang menerjemahkan "Visa for Life," memoar Yukiko Sugihara, dan menulis "The Gift of Life," buku tentang kehidupan Chiune Sugihara.
"Dan itu begitu penting bagi orang Jepang untuk mengetahui ada seseorang yang melakukan apapun yang dia bisa untuk mengurangi keterlibatan Jepang dalam perang. Hidupnya untuk perdamaian," kata Akabori, yang berteman dengan anak Sugihara dan memimpin yayasan Visas for Life Foundation. Misi organisasi ini adalah untuk melestarikan warisan Chiune Sugihara dan menghubungkan mereka yang diselamatkan Sugihara dan keturunan mereka.
Kelompok ini telah mendokumentasikan 2.139 visa yang dikeluarkan Sugihara. Simon Wiesenthal Center memperkirakan bahwa 40 ribu orang yang hidup hari ini adalah karena jasa Sugihara.
Via : tempo.co
No comments:
Post a Comment