Monday 3 June 2013

Membanggakan, Pilot Wanita Pertama dari Papua

13702370491230961279
Carolina Cory Kayame (baju putih) ketika disambut masyarakat Paniai di Bandara Paniai, beberapa waktu lalu. (Foto: Cendrawasih Pos/JPNN)

Pemandangan kontras antara penduduk asli yang masih memakai baju adat rumbai dan pilot wanita berbaju seragam yang asli suku Papua tetapi telah mampu mengendalikan teknologi modern pesawat terbang. Betapa bangganya penduduk asli karena ada wakil perempuan sukunya  yang berprestasi (admin).
Carolina Cory Kayame telah dicatat sebagai wanita asli Papua pertama yang menjadi pilot. Gadis 27 tahun ini pada 6 Mei lalu mendarat mulus dengan pesawat Cesna Caravan PK ICY di Bandara Paniai, Papua. Begitu keluar dari pesawat, Cory, begitu ia biasa disapa langsung disambut peluk cium dan tangis haru puluhan perempuan berpakaian adat Paniai.
Satu jam sebelumnya, ayahanda Hengky Kayame melepas Putri keduanya itu dari Bandara Nabire. Tidak ada lambaian tangan. Hanya doa yang tulus kepada Sang Khalik agar putrinya senantiasa selamat dalam setiap penerbangan.
Menurut Hengky, Cory kecil takut terbang dengan pesawat. “Jika ada guncangan kecil saja, dia pasti menjerit dan memeluk erat pinggang ibunya,” tuturnya.

Perempuan kelahiran 14 Juli 1986 di Wamena itu menapaki jalan panjang sejak belajar di SD Santo Yusuf, Wamena. Sementara pendidikan SMP dijalaninya di SMP Santo Paulus Padang Bulan. Lepas SMP, Cory masuk SMUN 1 Jayapura. Selama di SMUN 1 Jayapura itulah, niat Cory untuk menjadi pilot mulai muncul. Tiap kali pulang kampung ke Paniai atau Wamena, dalam benaknya terekam sulitnya warga kampungnya bepergian. Kondisi alam memaksa warga untuk menggunakan pesawat. Padahal, ongkos naik pesawat sulit dijangkau kebanyakan warga yang hanya petani.

Tak disangka, niat tulus Cory menemukan jalannya sendiri. Setelah setahun di SMU 1 Jayapura, tahun 2004 Cory dikirim ke Australia untuk melanjutkanpendidikan kelas II dan kelas III SMA di negeri Kanguru itu, dan lulus tahun 2006.

Setelah lulus SMA di Australia Cory mengikuti kursus bahasa Inggris selama enam bulan. Setahun kemudian, pada 2007, dia diterima di sekolah penerbangan di Lilydale, Australia, dengan tempat training di MAF (mission aviation fellowship). Cory belajar flight training di tempat itu hingga 2009, dilanjutkan dengan mengikuti program teknik mesin selama setahun. Tahun 2011, Cory bisa mengikuti program test flight.

“Saya memulai dari pesawat kecil jenis Cesna 172, Cesna 256, dan Cheroke selama training. Sekarang saya sudah menyelesaikan semua program studi, tinggal bagaimana mengabdi,” tegasnya.
13702371371259423102
Di Bandara Paniai, Cory disambut peluk cium dan tangis haru (Foto: Cendrawasih Pos/JPNN)
Cory telah membanggakan Orang Papua, khususnya kaum wanita. Kehadiran Cory di jajaran para pilot pesawat terbang memberi pesan kepada seluruh wanita di dunia, bahwa apa yang diimpikan bisa diraih dengan usaha dan jerih payah.

Cory
 meyakini, saat dilahirkan, manusia memiliki kecerdasan yang diberikan Sang Pencipta. Tinggal bagaimana manusia itu mengolah kecerdasan tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan sesama. Terkadang, orang merasa bahwa dirinya memiliki banyak kekurangan, sehingga niat untuk berusaha menjadi tertahan. Cory yakin, jika ada niat baik di hati, Tuhan pasti menolong.

“Saya tidak pernah berpikir akan jadi pilot. Tapi, setelah melihat kondisi Papua yang sulit dan terisolasi, saya berpikir tentang sesuatu yang bisa saya buat. Saya bersyukur orang tua mendukung,” paparnya.
Cory percaya jika dirinya bisa, perempuan lain di Papua juga pasti bisa.
“Jangan berhenti bermimpi. Mulailah dengan mimpi dan berusaha. Jika saya bisa, yang lain pasti bisa,” ucapnya

No comments:

Post a Comment